Definisi Iman


Apakah Iman itu? Samakah makna Iman dengan Percaya atau Kepercayaan? Bagaimanakah definisi iman? Di manakah ayat Alkitab yang menjelaskan definisi iman?Bagaimanakah kita menjelaskan kepada orang lain tentang Iman? Kapan Iman terbentuk? Bagaimana menumbuhkan Iman? Bagaimana menimbulkan Iman? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan umum seperti itu.

Asal-usul Kata

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Paulus – Ibrani 11:1)

Ayat itu seringkali digunakan sebagai definisi Iman, meskipun disadari bahwa maknanya masih cukup bias atau samar-samar. Sekarang kita lihat beberapa ayat tentang Iman sebagai berikut:

Lalu kata-Nya kepada mereka: “Di manakah kepercayaanmu?” (Lukas 8:25 – TB)

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Di mana imanmu?” (Lukas 8:25 – WBTC [draft])

Biji sesawi - diameter kurang dari 2 mm

Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, —maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. (Matius 17:20)

Berdasarkan ayat-ayat tersebut, maka Iman dapat disamakan dengan Kepercayaan, termasuk kata benda atau kata yang dibendakan (nomina). Dengan pengertian yang sedikit longgar, Iman adalah Rasa Percaya Kepada Tuhan. Rasa Percaya dapat digolongkan sebagai kata sifat (adjective) seperti  juga rasa sedih dan rasa bahagia.

Rasa sedih – misalnya – adalah suatu keadaan (kondisi) yang timbul atau muncul dari hati, yang mula-mula tumbuh di dalam hati. Timbulnya rasa sedih biasanya dipicu masukan dari luar, misalnya jika mata kita melihat seorang anak kecil menangis lantaran kedua orangtuanya meninggal dunia secara mendadak, lalu hati nurani kita tersentuh, lantas kita mungkin membayangkan: kalau anak itu ketakutan, siapa yang memeluknya? kalau ia kedinginan, siapa mau menyelimutinya?  sehingga jika hati nurani kita tersentuh maka akan menghasilkan rasa sedih. Dalam hal ini, kita tidak dapat menciptakan rasa sedih, misalnya pikiran kita berkata: Ah, aku mau sedih,… Karena timbulnya rasa sedih oleh hati nurani merupakan mekanisme alami.

Dengan konsep serupa juga kita memahami timbulnya Rasa Percaya Kepada Tuhan yang selanjutnya kita sebut dengan: Iman.

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17)

Jika “iman” kita ganti dengan “rasa percaya kepada Tuhan” sedangkan kata “Kristus” diganti dengan “Tuhan” maka ayat tersebut akan terbaca:

Jadi, rasa percaya kepada Tuhan timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Tuhan.

……………………………………….

Setiap orang bisa mendengar Firman Tuhan, namun tidak semua orang mau mendengarkan Firman, dan tidak semua orang mau merenungkan Firman Tuhan.

Kemampuan untuk mendengar, dan kemampuan untuk merenungkan, keduanya merupakan anugerah Allah, atau merupakan talenta bawaan (default-talent) ketika seseorang dilahirkan ke dunia. Namun dalam hal mau mendengarkan ataupun dalam hal mau merenungkan Firman Tuhan, maka itu merupakan pilihan pribadi masing-masing orang; itu soal kehendak bebas (freewill) dan samasekali bukan takdir (predestinasi).

Jika seseorang memilih untuk tidak mau mendengarkan dan tidak mau merenungkan Firman Tuhan, maka bagaimana hati nuraninya dapat disentuh oleh Firman?

Tetapi bila seseorang memilih untuk mendengarkan Firman Tuhan dan memilih juga untuk merenungkan Firman Tuhan dan apalagi juga memilih untuk mau belajar hidup seturut cara-cara yang sudah diajarkan oleh Alkitab Firman Allah, maka sesungguhnya ia telah melakukan pilihan yang benar, karena dengan cara tersebut terbuka lebih banyak peluang agar Firman Allah dapat menyentuh hati nurani, sehingga melahirkan iman, menumbuhkan iman, dan akhirnya memiliki iman.

Puji Tuhan!

Darimana Iman Perempuan yang sakit pendarahan 12 tahun?

source: ind.globalrecordings.net

25  Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.26  Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.27  Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.28  Sebab katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”29  Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. (Markus 5:25-29)

Darimana Iman perempuan itu mulai tumbuh? Jawabannya adalah ayat (27) yang berkata: “Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus,…..”. Saya membayangkan bagaimana perempuan itu sebelumnya yang sangat menderita oleh penyakitnya itu. Lalu seorang tetangganya mungkin berkata: “Eh, kamu tahu nggak, di sana ada seorang bernama Yesus. Orang lumpuh disembuhkan-Nya seketika.” Kemudian tetangganya yang lain mungkin menimpali: “Iya lho, bahkan orang buta langsung dibuat-Nya melihat, tuli mendengar. Pokoknya, semua yang sakit, semuanya sembuh. Tidak ada yang nggak sembuh. Semuanya sembuh!” Seorang lagi mungkin berkata: “Iya, sumpah! Mata saya sendiri melihat mujizat-mujizat itu. Wah, luarbiasa sekali. Ayo, besok kamu kesana saja!”  Saya membayangkan bagaimana mata perempuan yang sakit itu berbinar-binar oleh harapan baru bahwa penyakitnya itu pasti akan sembuh. Terngiang di kepalanya: “… semuanya sembuh. Tidak ada yang nggak sembuh. Semuanya sembuh!“. Lalu keesokan harinya dengan berbekal keyakinan (baca = iman), perempuan itu datang kepada Yesus, dan terjadilah mujizat itu, (ayat 29),…..

Perempuan itu menerima masukan bahwa Yesus berkuasa menyembuhkan semua penyakit, apapun itu. Lalu hati nuraninya tersentuh, lantas timbullah rasa percaya yaitu Iman.

Kesimpulan:

  • Iman dapat didefinisikan sebagai: “Iman adalah rasa percaya kepada Tuhan, baik itu Firman-Nya, Kuasa-Nya, janji-Nya maupun kesanggupan-Nya untuk memenuhi setiap janji-Nya“.
  • Iman dapat tumbuh karena mendengarkan Firman TUHAN.
  • Iman juga dapat tumbuh karena mendengarkan kesaksian-kesaksian orang lain dan bukti bukti mengenai perbuatan ajaib, mujizat yang telah dilakukan oleh Tuhan.
  • Iman juga dapat tumbuh melalui pengalaman-pengalaman pribadi dengan Tuhan. Misalnya Anda pernah berdoa untuk penyakit Anda sendiri, lalu Tuhan menyembuhkan Anda lewat mujizat: tanpa obat, tanpa dokter, maka Iman Anda akan tumbuh. Semakin sering Anda mengalami pengalaman seperti itu, maka Iman Anda akan semakin subur. Apalagi jika kemudian Anda mulai bergerak mendoakan orang lain yang sakit, lalu Tuhan menyembuhkan mereka satu persatu, maka Iman Anda akan semakin MENGGELEMBUNG.

 

6 thoughts on “Definisi Iman

  1. saya sangat setuju, hanya atas Firman Tuhan saja segala sesuatu terjadi, bagaimana dengan “iman kepada yang lain, yang di anggap sebagai tuhan” suatu permintaan / harapan terwujud, dsb….

  2. Says lebih suka.mendefinisikan I man sebagai keyakinan akan Tuhan yang kits renungkan dalam hati yang menjelma dalam ucapan Serta tindakan dalam kehidupan kits sehari hari,… percuma kalo cuma percaya tapi tidak kits aplikasikan dalam ucapan Dan tindakan. Toh kisah pohon ara yang tidal berbuaah lebih bermakna bahwa kita harus selalu “berbuah” Dan bukan berbuah musiman (natal/paskah) seperti pohon ara.

    Terima kasih.
    Wassalam

Tinggalkan komentar