Seorang dosen Misiologi mengisahkan riwayat pelayanannya yang luarbiasa. Pertobatan beliau sekitar tahun 1980 an, dari seorang muslim menjadi penginjil luar biasa. Mengawali pertobatannya, beliau saat itu sebenarnya berencana untuk nyantri di Tebu Ireng, sebuah Pondok Pesantren terkenal di Jawa Timur. Di sebuah penginapan, seorang ibu tua yang buta huruf menemukan sebuah Traktat, lebih kurang berjudul “Apakah Anda sudah merasa bahagia? Sebagai seorang awam, ibu itu mengambil Traktat yang di tempat sampah namun masih bagus dan dia menyebutnya sebagai “layang” (surat) kemudian memberikannya kepada mas Har, begitu saya sebut nama dosen yang saat itu masih muslim.
Ketika dia membaca traktat, dia sungguh tersentak, dan membuatnya hampir-hampir gak bisa tidur. Traktat itu ternyata dari sebuah misi penginjilan Kristen. Lalu dia putuskan untuk pulang sambil diam-diam membawa traktat itu, dan ditaruhnya di bawah kasur.
Singkat ceritera, dia akhirnya bertemu juga dengan team misi Kristen itu, dan diam-diam ia mengikuti kursus penginjilan. Ia begitu bersemangat, walapun saat itu ia belum sepenuhnya memahami ajaran Kristen. Dalam benaknya hanya ada sebuah dorongan, bahwa SETIAP ORANG BUTUH YESUS,…
Setelah mengikuti kursus singkat selama seminggu, ia diajak seorang tutornya untuk menginjil. Mereka membawa traktat serupa, lalu ia disuruh mengetuk setiap pintu di setiap rumah di pedesaan. Setiap kali ia memberikan kepada penghuni rumah sebuah traktat, sambil bilang: “Pak, ini ada bacaan gratis,…”
Pernah suatu ketika, ketika ia memberikan sebuah traktat, orang tersebut berkata: “Mas, tunggu sebentar, sini duduk ! ” Lalu penginjil kita ini duduk. Kemudian orang itu meremas-remas traktat di depan penginjil kita, kemudian menghamburkan serpihan-serpihan traktat itu ke muka penginjil kita, dan meludahinya. Penginjil kita hanya bersuara: “Haleluya, puji Tuhan”. Kemudian ia pergi dari tempat itu tanpa rasa dongkol, dan pergi ke rumah lainnya, diiringi tatapan kebencian dari orang yang meludahinya.
Pernah juga ketika sedang membagikan traktat itu, ia dipukuli orang ramai-ramai.
“Tahu tidak, ternyata ketika saya dipukuli, hanya sampai pukulan kelima yang terasa sakit, selebihnya hanya kebas dan tidak terasa sakit” katanya mengisahkan.
Namun suatu kali pernah juga, ketika ia dipukul orang sekali, otaknya bekerja, lalu ia menjatuhkan diri. Dia berharap orang-orang mengiranya jatuh pingsan sehingga berhenti memukuli dia. Namun ternyata perkiraannya meleset, karena ketika ia jatuh, malahan ia diinjak-injak banyak orang. Haleluya.
Demikianlah, beberapa jurus penginjilannya, seringkali setiap kali memberikan traktat, ia mengambil langkah seribu, lari agar tak dipukuli. Pernah dia lari melintasi sawah-sawah, sampai sepatunya hilang satu, tertinggal di sawah yang becek.
Namun Tuhan sangat baik. Banyak orang ternyata memberikan tanggapan terhadap traktat itu,karena ketika mereka kembali sekian minggu setelah traktat dibagikan, banyak orang yang menyambut mereka.
Hingga hari ini, lebih kurang ada 300 KK (Kelompok Kristen) yang berdiri di desa-desa dimana sebelumnya tidak ada seorangpun yang Kristen. Puji Tuhan.
Beliau juga manambahkan, bahwa beliau berkomitmen untuk TIDAK MENGAMBIL PERSEMBAHAN baik perpuluhan maupun yang lain untuk keperluan pribadi. Tapi setiap perpuluhan dia kembalikan untuk jemaat yang miskin. Puji Tuhan. Lalu untuk memenuhi kebutuhannya, ia bekerja keras sambil berdagang.
Sungguh model penginjilan yang patut diteladani.
Salam.